Minggu, 28 Maret 2010

Belajar dari kisah perjalanan usaha Nyonya Meneer

Buku itu bercerita tentang sejarah pendirian PT nyonya meneer oleh nyonya meneer sendiri, konflik konflik besar yang bersifat internal dan kisah dari dari DR. Saerang selaku cucu dari nyonya meneer (Lauw ping nio) serta juga direktur utama dari PT NYONYA MENEER hingga saat buku itu dituliskan.

Cerita itu dimulai dari kisah sebelum kelahiran nyonya meneer, lalu cerita tentang kisah hidup nyonya meneer dalam membangun kerajaan bisnis nya yang justru dimulai semenjak meninggalnya suami ke dua.

Dikarenakan cintanya akan bidang yang ditekuni, kegigihan, disiplin, visi dan dukungan total dari anak anak beliau, usaha itu berkembang dari suatu usaha yang bersifat rumahan dan tradisional menjadi usaha yang sangat terpandang di Indonesia dan mempekerjakan ribuan pegawai.

Semua anak anak beliau yaitu Nonnie, Hans, Lucy, Marie (dari suami pertama) dan Hans pangemanan (dari suami kedua) mampu memperlihatkan kontribusi luarbiasa terhadap kemajuan usaha keluarga tersebut. Masing masing anak memperlihatkan peranan yang significant, hingga sulit lagi untuk bisa secara persis berkata anak yang satu lebih berjasa dari pada anak yang lain.

Sampai pada tahap ini, banyak pelajaran yang bisa di ambil, dimana dukungan total yang diberikan pihak keluarga dan kecintaan akan profesi merupakan faktor faktor dominan keberhasilan beliau.

Pada tanggal 23 april 1978, seorang besar ini akhirnya menghembuskan napasnya yang terakhir kali dan kemudian beralihlah tongkat estafet kepemimpinan PT.nyonya meneer ke generasi kedua.

Konflik pertama dalam organisasi ini dimulai pada tahun 1985, dipicu oleh perebutan kekuasaan dan upaya upaya untuk meningkatkan peranan didalam mesin organisasi. Konflik ini berlangsung sangat panas, diliput oleh banyak media sehingga tidak kurang sudomo selalu menteri tenaga kerja ikut terlibat saat itu sebagai penengah. Konflik itu berjalan selama kurang lebih setahun, melibatkan proses pengadilan dalam agenda saling menuntut dan akhirnya diselesaikan dengan cara pelepasan saham oleh 2 anak nyonya meneer beserta keluarga mereka yaitu lucy saerang dan marie kalalo.

Prahara kedua berlangsung antara desember 1989 – 1994 antara keluarga Hans pengemanan disatu sisi dengan keluarga Nonie saerang bergabung dengan Charles saerang (cucu nyonya meneer dari anak laki laki nya yang bernama Hans) disisi yang berbeda.
Ini termasuk prahara yang paling panjang dan paling melelahkan diantara keturunan wanita besar yang bernama nyonya meneer.

Melibatkan kekerasan dalam perebutan ruang direksi, keputusan pengadilan sampai di tingkat MA, liputan luas media massa skala nasional, juga keterlibatan petinggi daerah dan nasional dalam upaya nya memediasi perselisihan ini.

Bahkan pada saat konflik itu, Charles saerang sempat tinggal di Amerika selama beberapa waktu karena alasan adanya upaya pembunuhan melalui tembakan yang menghancurkan kaca belakang mobilnya.

Konflik ini akhirnya selesai secara damai dengan disepakatinya pelepasan saham oleh keluarga Hans pangemanan terhadap keluarga Nonie saerang dan Charles saerang.

Pada situasi dimana komposisi saham bernilai seimbang yaitu 50% bagi keluarga nonie saerang dan 50% keluarga Charles saerang, ternyata konflik belum berhenti sampai di titik itu. Masih juga dipicu oleh perebutan kekuasaan, pada tahun 1995 – 2000, akhirnya keluarga Nonie Saerang harus berhadapan dengan keponakannya sendiri yaitu keluarga Charles Saerang.

Perselisihan yang sempat diwarnai oleh peng-rusak-an nama baik masing masing pihak dengan menggunakan kekuatan media massa, kedua keluarga yang berseteru ini akhirnya melibatkan juga pihak pengacara dan pengadilan dalam agenda saling menuntut dan menjatuhkan.

Bahkan Paul Saerang yang merupakan anggota keluarga dari Nonie Saerang (generasi ke 3 dari nyonya meneer), sempat merasakan bui selama seminggu akibat tindakan yang dianggap salah, yaitu mencemarkan nama baik.

Salah satu hal penting yang terjadi selama prahara ke tiga dalam keturunan salah satu wanita besar Indonesia ini, yaitu mulai dilibatkannya issue issue dan fitnah mengenai keterlibatan satu pihak terhadap komunisme, tapi akhirnya issue ini mereda dengan sendirinya setelah dilakukan penyelidikan mendalam oleh pihak berwenang dan tidak ditemukannya bukti signifikan, selain dari pemalsuan tanda tangan untuk keperluan fitnah tersebut.

Setelah pertarungan yang melelahkan, akhirnya pihak keluarga besar Nonie saerang memutuskan untuk mengalah dan memilih untuk melepaskan saham yang dimilikinya kepada keluarga Charles Saerang yang merupakan keponakan pada tanggal 27 oktober 2000. Pada hari ini, kepemilikan saham dari PT nyonya meneer, dimilki secara penuh oleh Charles saerang dan keluarga nya.

Dan semenjak itu, Charles saerang bisa berkonsentrasi penuh tanpa di ganggu oleh prahara prahara internal dengan level yang serupa, maka pertumbuhannnya seolah tidak bisa dihentikan oleh siapapun.

Pada saat membaca cerita ini, pertanyaan saya hanya satu: Apa perasaan sang wanita besar Indonesia itu bila beliau masih hidup, dan menyaksikan usaha yang dirintisnya yang saya percaya dicita citakan nya sebagai warisan berharga bagi keturunan keturunan nya tapi justru akhirnya menjadi akar dari perselisihan antar keluarga?

Saya percaya, nyonya meneer telah sangat berhasil dalam menemukan teknik tingkat tinggi dalam menciptakan lapisan generasi generasi kuat, tahan banting, kompetitif, bersifat unggul dan berharga seperti pahlawan perang dibanding dengan kebanyakan dari kita, hanya saja maafkan kalau saya dianggap menghakimi, dan dengan tidak mencoba menyederhanan kompleksnya permasalahan di dalam keluarga nyonya meneer kedalam satu kesimpulan yang bersifat umum dan dangkal, saya berpendapat ada yang salah dalam penanaman nilai nilai mendasar mengenai penting nya hubungan dan ikatan keluarga antara satu dengan yang lain.
Saya membayangkan ini, karena kebetulan mami saya juga berjuang dalam bidang usaha kecil dan cita cita terjauh beliau sama, yaitu berharap melalui usaha yang dirintisnya itu, keluarga kami bisa terpelihara sampai ke generasi generasi berikutnya.

Sementara usaha saya sendiri, dirintis oleh saya dan adik adik saya, dimana peranan mereka sangat signifikan dalam bertumbuhnya bisnis kami sampai pada titik ini. Dari garasi rumah di Tg priok sampai dengan Tuhan ijinkan untuk memilki beberapa kantor di Jakarta (Kelapa g! ading, m ega mall, kuningan dan pasar baru), luar daerah dan Melbourne.

Jadi pada dasarnya, ini bukanlah konflik yang bukan tidak mungkin terjadi pada kami maupun para pembaca lainnya dimasa mendatang.

Pada saat umur saya 19 (10 tahun lalu), begitu saya memulai usaha pertama saya, doa utama saya kepada Tuhan ialah agar diberi kesempatan usaha yang saya mulai bisa diijinkan menjadi besar dan mampu meninggalkan jejak kaki yang dalam di dunia bisnis.

Tapi pada saat membaca kisah ini, saya langsung minta ampun pada Tuhan kalau saya berpendapat doa saya selama ini salah. Saya berdoa ulang bahwa pada level apapun tingkatan bisnis saya, saya akan selalu mengucap syukur bila itu selalu akan membawa kebaikan bagi keluarga besar kami di masa mendatang yaitu di generasi kedua, ketiga, kelima, ke sepuluh dan seterusnya.

Untuk saya, kalau memang untuk menjadi besar itu berarti harus membuang ikatan persaudaraan dan saling menyikut satu dengan yang lain agar salah satu garis keturunan lebih unggul dibanding keturunan yang lain, maka biarlah kami hanya hidup oleh kasih karunia Tuhan saja tapi bisa menikmati persaudaraan yang saling mendukung dan menopang dan biarlah garis keturunan kami bisa saling menolong dan mengandalkan satu dengan yang lain bila ada dari mereka yang berkesusahan atau ditimpa masalah.

Saya berpendapat, itulah seharusnya salah satu tujuan terbesar dari semua upaya pendirian bisnis yang telah kami rintis.

Saya akan memandang, antara usaha/bisnis yang Tuhan percayakan ini dalam hubungannya terhadap keluarga ialah untuk bisa memberi kesempatan kepada keturunan keturunan kami media belajar yang memadai dan untuk mengembangkan kapasitas diri mereka semua secara maksimal dalam mencapai tujuan-tujuan terbesar mereka masing masing yaitu hadir ke dunia untuk membawa berkat bagi sekeliling.

Saya berdoa setulus tulus nya agar keluarga dan keturunan keturunan dari nyonya meneer, dapat pulih seperti sedia kala dalam hubungan mereka satu dengan yang lain dan mereka akan bisa bertumbuh makin besar dalam bisnis mereka, menjadi berkat bagi banyak sekali orang dengan tetap mendasarkan semuanya pada KASIH yang sejati.

Sebagai penutup, ada baiknya kita merenungkan satu pepatah kungfu;

Apalah gunanya pedang paling tajam didunia, bila tanpa disertai gagang yang memadai. Ia hanya akan melukai pemiliknya.